Indonesia mungkin sudah melupakan Sin Kim Lai (52). Namun, dia menunjukkan bahwa negara yang pada masa lalu mendiskriminasikan dirinya inilah satu-satunya tempat dia bersandar. Lewat dunia bola basket, dia tunjukkan pengabdiannya.
Kim Lai muda adalah tulang punggung tim nasional bola basket di berbagai kejuaraan internasional. Dengan tinggi 184 sentimeter, dia menjadi center tangguh di lapangan tengah, baik ketika menyerang maupun bertahan.
Kala itu tahun 1978. Pembedaan terhadap warga keturunan Tionghoa masih kental. Pengurusan kewarganegaraan yang bertele-tele membuat dia gagal mendapatkan paspor untuk berangkat ke Kejuaraan Bola Basket Yunior Asia di Malaysia. Baru setahun kemudian, kekecewaan itu terbayar saat dia kembali diturunkan dalam SEA Games 1979 di Jakarta.
Basket menjadi pusat kehidupan Kim Lai. Selepas pensiun sebagai pemain tahun 1983, dia memutuskan menjadi pelatih. Lewat tangan dinginnya, dia membawa Jawa Timur merebut medali emas PON XIV (1996), juga perunggu bagi Indonesia pada SEA Games XIX di Jakarta (1997).
Kim Lai mencetak rapor biru sebagai pemain dan pelatih di tingkat nasional. Meskipun demikian, dia bermimpi memiliki klub dan gedung olahraga sendiri untuk mencetak atlet dari kampung halamannya, Blitar.
Mimpinya sejak 13 tahun lalu itu terwujud jua. Kim Lai kini memiliki klub basket dan gedung olahraga yang dinamai Pelangi. GOR berkapasitas 1.000 penonton itu berdiri tahun 1997 berkat donasi dan tabungan ayah empat anak ini.
GOR juga dilengkapi kantin dan mes untuk lima atlet binaannya. Kim Lai menyokong penuh kehidupan mereka. ”Mereka berasal dari keluarga ekonomi sulit. Saya ingin atlet miskin berani berprestasi,” ujarnya. Untuk mencari atlet, Kim Lai tak segan masuk-keluar kampung.
Membina klub kecil adalah perjuangan sulit dengan investasi besar. Jika seorang anak dibiayai Rp 300.000 per bulan, itu berarti Kim Lai mesti merogok kocek Rp 3,6 setahun. Padahal, untuk mencetak atlet setidaknya butuh waktu 4–5 tahun. Bayangkan jika ada lima anak yang dibiayai.
Ada rasa bangga Kim Lai saat dua binaan Klub Pelangi, Legal Mahardika dan Bima Rizky, memperkuat tim basket profesional Bimasakti Nikko Steel Malang. Perpindahan keduanya sempat bermasalah karena uang transfer pemain yang diberikan tidak sesuai yang dijanjikan. ”Beginilah nasib tim kecil, kami bisa apa,” ujar Kim Lai.
Anak miskin
Keuletan Kim Lai membina atlet terkait dengan kehidupan masa kecilnya. Dia anak ke-12 dari 13 bersaudara buah pernikahan Sin Sin Sing dan Sie Gie Nio. Karena keturunan Tionghoa, ayahnya tidak boleh bekerja formal. Untuk menghidupi keluarganya, sang ayah menjemur kelapa, sedangkan ibunya menjual makanan ringan.
Kemiskinan menjadi keseharian Kim Lai. Dia bersekolah tanpa alas kaki karena tak memiliki sepatu. Sepulang sekolah, dia menjajakan stiker, layang-layang, juga onde-onde untuk membantu keluarga. Sering kali dia dan saudaranya hanya melahap nasi dengan garam dan parutan kelapa karena tak sanggup membeli lauk-pauk.
Segala kesulitan hidup terasa lenyap saat Kim Lai mengenal basket. Dia menemukan hal yang membuat hidupnya berarti. Secara sembunyi-sembunyi dia berlatih dengan klub Sahabat agar tidak ketahuan orangtuanya. Di pikiran ayahnya, olahraga tidak menjamin kesejahteraan.
Tetapi, tekad Kim Lai sudah bulat. Memasuki usia 16 tahun, dia mendaftar ke klub basket Halim Kediri yang berjarak 63 kilometer dari Blitar. Setiap hari dia bolak-balik Blitar-Kediri hingga sering kali pulang larut malam karena menunggu kendaraan umum.
Hati orangtuanya luluh melihat kesungguhan Kim Lai. Masuk ke klub Halim Kediri pun membuka kesempatan yang lebih luas bagi kelanjutan kariernya. Kecanduan akan basket begitu kuat, sampai dia lupa bagaimana mempersiapkan masa depannya sendiri.
Kegelisahan itu meruyak saat kariernya tengah berada di puncak. Seusai SEA Games 1979, Kim Lai berniat mundur selamanya dari basket. ”Ini Indonesia. Kita jadi atlet bisa makan apa?” kenangnya.
Kala putus asa itulah, penolong datang tanpa diduga. Seorang pembina basket memberinya modal satu kilogram emas tanpa mengharapkan imbalan. Emas itu diuangkan dan dipakai untuk membuka toko alat-alat olahraga bernama Toko Sport 12, di Jalan Tanjung, Blitar.
Toko yang berdiri di tepi jalan itu dulu hanya berukuran 6 x 6 meter, dan sekaligus menjadi tempat tinggalnya. Dengan bantuan istrinya, yang juga mantan atlet, Oenarni Tjakrakusuma, toko itu bertahan.
Bukan sekadar nama
Di antara saudaranya, hanya Kim Lai yang tidak mengubah namanya. ”Saya percaya, nasionalisme bukan sekadar nama, tetapi bagaimana kita bekerja dan berkarya,” ujar penyuka kesenian wayang kulit ini.
Kim Lai teringat sang ayah yang berjuang dengan caranya sendiri agar keluarganya bertahan hidup. Perjuangan itu yang diteruskan Kim Lai melalui olahraga basket. Dia mendorong keempat anaknya untuk mencintai negeri ini dengan cara berprestasi. Putrinya, Ivonne Febriani Sinatra, meraih perak dalam ASEAN School Sport Games 2009 di Thailand.
Di mata Kim Lai, melalui olahraga seorang warga negara dari etnis dan kelas sosial mana pun berkesempatan sama untuk berprestasi.
Katanya, sistem pembinaan olahraga di Indonesia kini seperti menjadi milik pengurus elite yang hanya ”menumpang hidup” dari organisasi. Banyak pengurus olahraga yang lebih banyak berbicara ketimbang bekerja.
Kim Lai selalu bersikap vokal dan kritis terhadap kebijakan olahraga sehingga banyak orang yang tidak menyukainya. Seorang pengurus olahraga juga pernah menegurnya karena dia dinilai terlalu jujur. ”Saya katakan, kalaupun sikap jujur saya akhirnya membentur tembok, saya memilih untuk membentur dan menembusnya,” katanya.
Kekerasan hati ini yang justru mendorong Kim Lai melakukan hal-hal nyata. Meski banyak yang melupakannya, orang-orang di Kota Blitar mengenalnya dengan baik sebagai ”pahlawan kota” yang senang nyeker ke mana-mana.
sumber : http://lipsus.kompas.com/hut45/read/...a.Lewat.Basket
Kim Lai muda adalah tulang punggung tim nasional bola basket di berbagai kejuaraan internasional. Dengan tinggi 184 sentimeter, dia menjadi center tangguh di lapangan tengah, baik ketika menyerang maupun bertahan.
Kala itu tahun 1978. Pembedaan terhadap warga keturunan Tionghoa masih kental. Pengurusan kewarganegaraan yang bertele-tele membuat dia gagal mendapatkan paspor untuk berangkat ke Kejuaraan Bola Basket Yunior Asia di Malaysia. Baru setahun kemudian, kekecewaan itu terbayar saat dia kembali diturunkan dalam SEA Games 1979 di Jakarta.
Basket menjadi pusat kehidupan Kim Lai. Selepas pensiun sebagai pemain tahun 1983, dia memutuskan menjadi pelatih. Lewat tangan dinginnya, dia membawa Jawa Timur merebut medali emas PON XIV (1996), juga perunggu bagi Indonesia pada SEA Games XIX di Jakarta (1997).
Kim Lai mencetak rapor biru sebagai pemain dan pelatih di tingkat nasional. Meskipun demikian, dia bermimpi memiliki klub dan gedung olahraga sendiri untuk mencetak atlet dari kampung halamannya, Blitar.
Mimpinya sejak 13 tahun lalu itu terwujud jua. Kim Lai kini memiliki klub basket dan gedung olahraga yang dinamai Pelangi. GOR berkapasitas 1.000 penonton itu berdiri tahun 1997 berkat donasi dan tabungan ayah empat anak ini.
GOR juga dilengkapi kantin dan mes untuk lima atlet binaannya. Kim Lai menyokong penuh kehidupan mereka. ”Mereka berasal dari keluarga ekonomi sulit. Saya ingin atlet miskin berani berprestasi,” ujarnya. Untuk mencari atlet, Kim Lai tak segan masuk-keluar kampung.
Membina klub kecil adalah perjuangan sulit dengan investasi besar. Jika seorang anak dibiayai Rp 300.000 per bulan, itu berarti Kim Lai mesti merogok kocek Rp 3,6 setahun. Padahal, untuk mencetak atlet setidaknya butuh waktu 4–5 tahun. Bayangkan jika ada lima anak yang dibiayai.
Ada rasa bangga Kim Lai saat dua binaan Klub Pelangi, Legal Mahardika dan Bima Rizky, memperkuat tim basket profesional Bimasakti Nikko Steel Malang. Perpindahan keduanya sempat bermasalah karena uang transfer pemain yang diberikan tidak sesuai yang dijanjikan. ”Beginilah nasib tim kecil, kami bisa apa,” ujar Kim Lai.
Anak miskin
Keuletan Kim Lai membina atlet terkait dengan kehidupan masa kecilnya. Dia anak ke-12 dari 13 bersaudara buah pernikahan Sin Sin Sing dan Sie Gie Nio. Karena keturunan Tionghoa, ayahnya tidak boleh bekerja formal. Untuk menghidupi keluarganya, sang ayah menjemur kelapa, sedangkan ibunya menjual makanan ringan.
Kemiskinan menjadi keseharian Kim Lai. Dia bersekolah tanpa alas kaki karena tak memiliki sepatu. Sepulang sekolah, dia menjajakan stiker, layang-layang, juga onde-onde untuk membantu keluarga. Sering kali dia dan saudaranya hanya melahap nasi dengan garam dan parutan kelapa karena tak sanggup membeli lauk-pauk.
Segala kesulitan hidup terasa lenyap saat Kim Lai mengenal basket. Dia menemukan hal yang membuat hidupnya berarti. Secara sembunyi-sembunyi dia berlatih dengan klub Sahabat agar tidak ketahuan orangtuanya. Di pikiran ayahnya, olahraga tidak menjamin kesejahteraan.
Tetapi, tekad Kim Lai sudah bulat. Memasuki usia 16 tahun, dia mendaftar ke klub basket Halim Kediri yang berjarak 63 kilometer dari Blitar. Setiap hari dia bolak-balik Blitar-Kediri hingga sering kali pulang larut malam karena menunggu kendaraan umum.
Hati orangtuanya luluh melihat kesungguhan Kim Lai. Masuk ke klub Halim Kediri pun membuka kesempatan yang lebih luas bagi kelanjutan kariernya. Kecanduan akan basket begitu kuat, sampai dia lupa bagaimana mempersiapkan masa depannya sendiri.
Kegelisahan itu meruyak saat kariernya tengah berada di puncak. Seusai SEA Games 1979, Kim Lai berniat mundur selamanya dari basket. ”Ini Indonesia. Kita jadi atlet bisa makan apa?” kenangnya.
Kala putus asa itulah, penolong datang tanpa diduga. Seorang pembina basket memberinya modal satu kilogram emas tanpa mengharapkan imbalan. Emas itu diuangkan dan dipakai untuk membuka toko alat-alat olahraga bernama Toko Sport 12, di Jalan Tanjung, Blitar.
Toko yang berdiri di tepi jalan itu dulu hanya berukuran 6 x 6 meter, dan sekaligus menjadi tempat tinggalnya. Dengan bantuan istrinya, yang juga mantan atlet, Oenarni Tjakrakusuma, toko itu bertahan.
Bukan sekadar nama
Di antara saudaranya, hanya Kim Lai yang tidak mengubah namanya. ”Saya percaya, nasionalisme bukan sekadar nama, tetapi bagaimana kita bekerja dan berkarya,” ujar penyuka kesenian wayang kulit ini.
Kim Lai teringat sang ayah yang berjuang dengan caranya sendiri agar keluarganya bertahan hidup. Perjuangan itu yang diteruskan Kim Lai melalui olahraga basket. Dia mendorong keempat anaknya untuk mencintai negeri ini dengan cara berprestasi. Putrinya, Ivonne Febriani Sinatra, meraih perak dalam ASEAN School Sport Games 2009 di Thailand.
Di mata Kim Lai, melalui olahraga seorang warga negara dari etnis dan kelas sosial mana pun berkesempatan sama untuk berprestasi.
Katanya, sistem pembinaan olahraga di Indonesia kini seperti menjadi milik pengurus elite yang hanya ”menumpang hidup” dari organisasi. Banyak pengurus olahraga yang lebih banyak berbicara ketimbang bekerja.
Kim Lai selalu bersikap vokal dan kritis terhadap kebijakan olahraga sehingga banyak orang yang tidak menyukainya. Seorang pengurus olahraga juga pernah menegurnya karena dia dinilai terlalu jujur. ”Saya katakan, kalaupun sikap jujur saya akhirnya membentur tembok, saya memilih untuk membentur dan menembusnya,” katanya.
Kekerasan hati ini yang justru mendorong Kim Lai melakukan hal-hal nyata. Meski banyak yang melupakannya, orang-orang di Kota Blitar mengenalnya dengan baik sebagai ”pahlawan kota” yang senang nyeker ke mana-mana.
sumber : http://lipsus.kompas.com/hut45/read/...a.Lewat.Basket
Anak didiknya uda banyak yg sukses antara lain
1. Vivi Puspasari (Mantan pemain CLS Surabaya - Langganan Timnas SEA Games)
2. Aprijadi (Pemain Satria Muda yg sempat melatih Mahaputri Britama n sekarang pelatih tim kobatama Sahabat Semarang)
3. Iwan (Bali) - (mantan Pemain CLS Surabaya)
4. Iwan Wahyudi (Mantan Pemain CLS Surabaya)
5. Mas Supri (Pemain Citra Satria Jakarta dan sekarang ngelatih di Citra Satria)
6. Mbak Lia (Pemain CLS Surabaya cewe - menikah ama Iwan Wahyudi)
7. Erwin Triono (Starting SG CLS Knights Surabaya.. Sekarang jadi Assisten Coach CLS Knights Surabaya)
8. Yunita Adriani Sinatra (anak perempuannya.. Pemain Bhinneka Solo cewe yg pernah jadi Timnas Junior)
9. Frida Aris Susanto (Starting Center Stadium Jakarta,pernah ikut IBL Allstar n Slam Dunk Contest)
10. Made Indra Novrihadi (Starting SG Bima Sakti Malang,salah satu pemain top Bima Sakti)
11. Yanuar Dwi Priasmoro (Sixth Man nya Bima Sakti Malang)
12. Handika Priya Saputra (Back up point guard nya Bima Sakti Malang)
13. Bima Rizki Ardiansyah (Bima Sakti Malang - Bintang klubnya gan)
14. Ivonne Febriani Sinatra (Salah satu anaknya juga gan.. Masuk rekor pemain termuda Indonesia yang masuk timnas SEA Games Basket di umur 15thn gan!!! Sekarang jadi bintang tim Libamanas cewe di UPH)
Next one
15. Sindhu Jemmy Sinatra (Salah satu anaknya lagi gan.. Starting 5 tim Asean School Games 2010 Indonesia di Malaysia, masi kelas 3 SMA,tinggi (183cm),gesit,jago drive,pass n shoot,uda bisa Slam Dunk 2 tangan
1. Vivi Puspasari (Mantan pemain CLS Surabaya - Langganan Timnas SEA Games)
2. Aprijadi (Pemain Satria Muda yg sempat melatih Mahaputri Britama n sekarang pelatih tim kobatama Sahabat Semarang)
3. Iwan (Bali) - (mantan Pemain CLS Surabaya)
4. Iwan Wahyudi (Mantan Pemain CLS Surabaya)
5. Mas Supri (Pemain Citra Satria Jakarta dan sekarang ngelatih di Citra Satria)
6. Mbak Lia (Pemain CLS Surabaya cewe - menikah ama Iwan Wahyudi)
7. Erwin Triono (Starting SG CLS Knights Surabaya.. Sekarang jadi Assisten Coach CLS Knights Surabaya)
8. Yunita Adriani Sinatra (anak perempuannya.. Pemain Bhinneka Solo cewe yg pernah jadi Timnas Junior)
9. Frida Aris Susanto (Starting Center Stadium Jakarta,pernah ikut IBL Allstar n Slam Dunk Contest)
10. Made Indra Novrihadi (Starting SG Bima Sakti Malang,salah satu pemain top Bima Sakti)
11. Yanuar Dwi Priasmoro (Sixth Man nya Bima Sakti Malang)
12. Handika Priya Saputra (Back up point guard nya Bima Sakti Malang)
13. Bima Rizki Ardiansyah (Bima Sakti Malang - Bintang klubnya gan)
14. Ivonne Febriani Sinatra (Salah satu anaknya juga gan.. Masuk rekor pemain termuda Indonesia yang masuk timnas SEA Games Basket di umur 15thn gan!!! Sekarang jadi bintang tim Libamanas cewe di UPH)
Next one
15. Sindhu Jemmy Sinatra (Salah satu anaknya lagi gan.. Starting 5 tim Asean School Games 2010 Indonesia di Malaysia, masi kelas 3 SMA,tinggi (183cm),gesit,jago drive,pass n shoot,uda bisa Slam Dunk 2 tangan
Inside story by his own student
Cukup 10k kali anda melakukannya, anda akan master disitu
Dulu waktu kecil da ngelihatin perjalanan beliau yang cinta mati ma basket
Saya saksi hidup bagaimana ketika saya masi sd melihat sendiri setiap hari pulang sekolah naek sepeda selalu mampir ke lapangan basket SMEA di jalan tanjung.
Melihat betapa beliau begitu keras melatih bro Aprijadi...karena instinknya yang kuat melihat potensi terpendam dari bro Apri..ibarat mutiara yang butuh diasah dulu...Saking kerasnya tu sampe tu bro Apri nangis, ngambek ga mau latihan, bolos sekolah..wes pokoknya kalo difilm-in serunya kaya laskar pelangi da perjuangannya..
Bayangin aja suru latihan penalty shot kalo ga salah inget tu dari 50x shot harus 100% masuk..kalo ga masuk ulang dari awal..
Ga mampu saksikan lagi ketika angka itu berganti ke 100x... sampe bro Apri cuman terduduk dan tertunduk saking capenya..susah banget kan..
Latihan lari, push-up juga gitu... salah dikit, ga disiplin squad-jump.. hukuman lari keliling lapangan adalah yang paling sering dilakukan...
Tapi efeknya langsung dirasakan ketika bro Aprijadi sukses bermain sampai Pelita Jaya... dan menjadi pelatih nasional juga...
Anda ga perlu jago, anda cuman perlu melakukannya 10ribu kali, anda akan master class dibidang itu.... as simple as that
Benar2 contoh nyata mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik..
Latihan fisik yang keras, attitude!
Oya inget banget betapa kerasnya latihan kami anak2 desa..
Diajak ke stadion Blitar kirain mau happy2..ga taunya latihan fisik.. :P
Suru lari berpuluh2 kali ngiterin lapangan bola...abis itu yg sadis tu kan tribun gede banget suru da squad-jump tangga-ke tangga sampai atas turun lagi..geser ke tangga tribun yang lain...ckckck gilanya tu tribun panjang n tinggi banget jadi kebayang de capenya...
Tapi tujuannya simple..memperkuat fisik kita..terutama kaki kita.. cocok bener tu background musik film rocky pas latihan disono wkwkwk..
Disiplin dalam kehidupan juga sangat konsisten dilakukan beliau...
Seluruh anak Pelangi ga boleh minum air es.... kebayang dunk kesegarannya ketika abis cape olahraga.... ga boleh ....wkwk
ga boleh melanggar lalu lintas.... jadi beliau ni da bikin safety campaign jauh sebelum pemerintah melakukannya..... naek motor ga cukup make helm doank..tapi kudu di talikan tu strapnya.. manthapp kan
Ketahuan melanggarnya? dapat 'hadiah' hukuman fisik pas latihan basket malam harinya...
Inget juga pas latihan basket kita juga dijaga 'attitude'... ga ada tu anak yg da cape2 latihan pegang lutut sambil ngebungkuk...alhasil langsung dapat bonus lari keliling lapangan (makin cape aja kalo abis lari keliling trus pegang lutut lagi...ya keliling lagi wkwkwk)
Latihan favorit yg g seneng dan inget sampe kini adalah sprint lari... jadi barengan tu ma anak2 laen start dari sisi panjang lapangan dibawah ring basket... begitu peluit bunyi lari sekenceng mungkin...... trus 1/4 lapangan segera touch-ground n balik ke baseline trus touch-ground lagi dan lari ke 1/2 lapangan touch-ground lagi, balik ke baseline touch-ground lagi dst sampe selesai...seru n fun banget
ada juga latihan berdiri bareng memenuhi lapangan jarak selurusan tangan dibentangkan dengan rekan sebelah...
abis itu dengerin om pake peluit..... prit... langsung lari ditempat sekenceng mungkin dengan posisi agak membungkuk...seru banget...
kaki jamin lemes semua wkwk
Yg g demen adalah beliau sangat concern akan warming-up session n cooling-down session...mungkin karena background beliau sebagai pemain nasional di masa lampau..
masih banyak kenangan manis di kehidupan masa kecil hingga kini bersama beliau...
Raih impianmu, usaha terus jangan pernah menyerah, sampai anda tersadar anda sudah berada disana, dan barulah menengok kebelakang dengan penuh syukur.
Na diantara itu semua adalah pelajaran kehidupan yang beliau ajarkan ke pribadi setiap murid didiknya...
Bagaimana tetap konsisten dan jujur dalam kehidupan... teguh meraih impian dalam kesederhanaan... bukan melebih-lebihkan tapi selama 2 tahun kehidupan saya melihat beliau dengan sepeda onthel butut dan bersandal jepit, kadang bertelanjang kaki beliau mengayuh sepedanya keliling kota untuk mengajak seluruh warga blitar turut serta arisan yang diadakannya dalam rangka menggalang dana pembangunan Gedung Olahraga Bola Basket karena lapangan SMEA semakin tidak memadai lagi..
Beliau memutuskan untuk memberanikan diri, abis-abisan sampe g inget banget tu menggadaikan medali sea games/asian games (ga tau jelas tapi itu item kebanggaannya) untuk menambah dana meraih impiannya... membuat Blitar punya gedung olahraga basket yang layak..
Guest what dari banyak penolakan, cemooh, caci maki, komen negatif yang lebih banyak dikeluarkan warga Blitar ketika beliau samperin dengan map sederhana berisi proposal pembangunan lapangan basket...dalam 2 tahun lapangan itu bisa berdiri.... tidak hanya sekedar lapangan terbuka semata...Tapi tidak hanya Blitar mempunyai lapangan basket yang layak tapi akhirnya mempunyai Gedung Olahraga Basket Tertutup! dengan lapisan kayu dan tribun!
Saya juga menemani beliau, 'nglungsur' Ring Basket dari lapangan basket ABC di senayan untuk dibawa ke Blitar dan menjadi ring lapangan...
Dulu waktu kecil da ngelihatin perjalanan beliau yang cinta mati ma basket
Saya saksi hidup bagaimana ketika saya masi sd melihat sendiri setiap hari pulang sekolah naek sepeda selalu mampir ke lapangan basket SMEA di jalan tanjung.
Melihat betapa beliau begitu keras melatih bro Aprijadi...karena instinknya yang kuat melihat potensi terpendam dari bro Apri..ibarat mutiara yang butuh diasah dulu...Saking kerasnya tu sampe tu bro Apri nangis, ngambek ga mau latihan, bolos sekolah..wes pokoknya kalo difilm-in serunya kaya laskar pelangi da perjuangannya..
Bayangin aja suru latihan penalty shot kalo ga salah inget tu dari 50x shot harus 100% masuk..kalo ga masuk ulang dari awal..
Ga mampu saksikan lagi ketika angka itu berganti ke 100x... sampe bro Apri cuman terduduk dan tertunduk saking capenya..susah banget kan..
Latihan lari, push-up juga gitu... salah dikit, ga disiplin squad-jump.. hukuman lari keliling lapangan adalah yang paling sering dilakukan...
Tapi efeknya langsung dirasakan ketika bro Aprijadi sukses bermain sampai Pelita Jaya... dan menjadi pelatih nasional juga...
Anda ga perlu jago, anda cuman perlu melakukannya 10ribu kali, anda akan master class dibidang itu.... as simple as that
Benar2 contoh nyata mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik..
Latihan fisik yang keras, attitude!
Oya inget banget betapa kerasnya latihan kami anak2 desa..
Diajak ke stadion Blitar kirain mau happy2..ga taunya latihan fisik.. :P
Suru lari berpuluh2 kali ngiterin lapangan bola...abis itu yg sadis tu kan tribun gede banget suru da squad-jump tangga-ke tangga sampai atas turun lagi..geser ke tangga tribun yang lain...ckckck gilanya tu tribun panjang n tinggi banget jadi kebayang de capenya...
Tapi tujuannya simple..memperkuat fisik kita..terutama kaki kita.. cocok bener tu background musik film rocky pas latihan disono wkwkwk..
Disiplin dalam kehidupan juga sangat konsisten dilakukan beliau...
Seluruh anak Pelangi ga boleh minum air es.... kebayang dunk kesegarannya ketika abis cape olahraga.... ga boleh ....wkwk
ga boleh melanggar lalu lintas.... jadi beliau ni da bikin safety campaign jauh sebelum pemerintah melakukannya..... naek motor ga cukup make helm doank..tapi kudu di talikan tu strapnya.. manthapp kan
Ketahuan melanggarnya? dapat 'hadiah' hukuman fisik pas latihan basket malam harinya...
Inget juga pas latihan basket kita juga dijaga 'attitude'... ga ada tu anak yg da cape2 latihan pegang lutut sambil ngebungkuk...alhasil langsung dapat bonus lari keliling lapangan (makin cape aja kalo abis lari keliling trus pegang lutut lagi...ya keliling lagi wkwkwk)
Latihan favorit yg g seneng dan inget sampe kini adalah sprint lari... jadi barengan tu ma anak2 laen start dari sisi panjang lapangan dibawah ring basket... begitu peluit bunyi lari sekenceng mungkin...... trus 1/4 lapangan segera touch-ground n balik ke baseline trus touch-ground lagi dan lari ke 1/2 lapangan touch-ground lagi, balik ke baseline touch-ground lagi dst sampe selesai...seru n fun banget
ada juga latihan berdiri bareng memenuhi lapangan jarak selurusan tangan dibentangkan dengan rekan sebelah...
abis itu dengerin om pake peluit..... prit... langsung lari ditempat sekenceng mungkin dengan posisi agak membungkuk...seru banget...
kaki jamin lemes semua wkwk
Yg g demen adalah beliau sangat concern akan warming-up session n cooling-down session...mungkin karena background beliau sebagai pemain nasional di masa lampau..
masih banyak kenangan manis di kehidupan masa kecil hingga kini bersama beliau...
Raih impianmu, usaha terus jangan pernah menyerah, sampai anda tersadar anda sudah berada disana, dan barulah menengok kebelakang dengan penuh syukur.
Na diantara itu semua adalah pelajaran kehidupan yang beliau ajarkan ke pribadi setiap murid didiknya...
Bagaimana tetap konsisten dan jujur dalam kehidupan... teguh meraih impian dalam kesederhanaan... bukan melebih-lebihkan tapi selama 2 tahun kehidupan saya melihat beliau dengan sepeda onthel butut dan bersandal jepit, kadang bertelanjang kaki beliau mengayuh sepedanya keliling kota untuk mengajak seluruh warga blitar turut serta arisan yang diadakannya dalam rangka menggalang dana pembangunan Gedung Olahraga Bola Basket karena lapangan SMEA semakin tidak memadai lagi..
Beliau memutuskan untuk memberanikan diri, abis-abisan sampe g inget banget tu menggadaikan medali sea games/asian games (ga tau jelas tapi itu item kebanggaannya) untuk menambah dana meraih impiannya... membuat Blitar punya gedung olahraga basket yang layak..
Guest what dari banyak penolakan, cemooh, caci maki, komen negatif yang lebih banyak dikeluarkan warga Blitar ketika beliau samperin dengan map sederhana berisi proposal pembangunan lapangan basket...dalam 2 tahun lapangan itu bisa berdiri.... tidak hanya sekedar lapangan terbuka semata...Tapi tidak hanya Blitar mempunyai lapangan basket yang layak tapi akhirnya mempunyai Gedung Olahraga Basket Tertutup! dengan lapisan kayu dan tribun!
Saya juga menemani beliau, 'nglungsur' Ring Basket dari lapangan basket ABC di senayan untuk dibawa ke Blitar dan menjadi ring lapangan...
Bayangkan kekuatan sebuah impian jika didukung oleh tekad, pengorbanan, dan usaha tiada berhenti untuk mewujudkannya menjadi nyata. Begitu banyak halangan, hambatan, gangguan untuk membuatnya berhenti meraih impiannya... Siapa sangka figur sederhana itu bisa menggapainya... Andaikan ada banyak orang Indonesia dengan attitude dan falsafah hidup seperti ini, niscaya Indonesia akan besar dalam arti sebenarnya..
Saya rasa beliau adalah contoh social-preneur dalam arti sebenarnya.
Inget prinsip 80/20
Dari 80% usaha yang kita lakukan akan berakhir dengan gagal, penolakan, salah dan hal negatif lainnya...
Namun..tetaplah berusaha...kenapa?
Karena dari 20% usaha yang kita lakukan itu yang akan menjadi 80% dari total keberhasilan, kesuksesan yang kita raih!
Terapkan prinsip ini dalam kehidupan anda, tentukan sikap diri anda saat ini untuk masuk dalam 20% orang yang sukses di Indonesia
koleksi foto - foto Bp. Sin Kim Lai
![]() |
| gambar sewaktu mau berangkat sebagai timnas (bersalaman dengan presiden waktu itu Alm. Soeharto) awalnya gagal berangkat gara2 masalah belum adanya KTP WNI tetapi akhirnya berangkat juga... |
![]() |
| Ivonne (anak Bp. Sin Kim lai) Umur 13thn uda masuk pelatnas SEA Games foto bareng ama keponakannya yang juga uda langganan timnas, Vivi Puspasari... |
![]() | |
| 2007 - Ivonne Masuk Timnas untuk ke 2 kalinya |
![]() |
| Juli 2005 |
![]() |
| Juli 2005 |
![]() |
| Juni 2005- DBL Pertama kali digelar |
![]() |
| Sin Kim Lai - Kompas |
![]() |
| Sin Kim Lai - Kompas |
![]() |
| sebagai pelatih timnas putri sampai bela2in ngepel lapangan yang kotor banget demi anak2 asuh timnasnya susah sekali cari pelatih kayak gini sekarang |
Sumber : dari Anak Bp. Sin Kim Lai Sendiri :)












Lucky Club - Live Casino Site | Lucky Club
BalasHapusWith its modern décor and high-class luckyclub live dealer tables, and high limits on the biggest games around, Lucky Club is your home for lucky slots.